Rabu, 19 Desember 2018

Makalah Ulumul Qur'an: I'jaz dan Pembahasannya

MAKALAH
I’JAZ  AL-QUR’AN, PENGERTIAN DAN PEMBAHASANNYA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
ULUMUL  QUR’AN
Dosen Pengampu :
Zuhri Humaidi,M.S.I,

Disusun oleh :
 Retno Sulistiyani                                              931335515
St.Wulan Rametha                                           931335415
Eka Susanti                                                      931335715
Miftakhul Jannah                                             931335615

JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN

A .Latar Belakang
     Salah satu objek penting lainnya dalam kajian ulumul Al-Qura’an adalah perbincangan mengenai I’jaz yang berarti mukjizat, terutama mukjizat Al Qura’an. Karena dengan perantara mukjizat Allah mengingatkan  manusia, bahwa para rasul itu merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit.Mukjizat yang telah di berikan kepada para Nabi mempunyai fungsi sama yaitu untuk memainkan peranannya dan mengatasi kepandaian kaum disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada di atas segala-galanya.
     Adapun tujuan mukjizat itu, untuk pengarahan yang ditujukan pada suatu umat yang berkaitan dengan pengetahuan mereka, karena Allah tidak mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang mereka tidak ketahui, dan di situlah letak nilai mukjizat yang telah di berikan kepada Nabi.
     Sebagaimana yang akan dijelaskan pada pembahasan makalah ini bahwa mukjizat-mukjizat para Rasul sangat berbeda dengan nabi Muhammad SAW.,yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang rasional sesuai dengan akal sehat dan abadi. Al-Qur’an telah membuktikan bahwa mukjizatnya bisa mengungguli segala bentuk kekuatan dari segala bentuk yang dimiliki inisiatif kuat atau keistimewaan menggunakan pikiran dan akal.Dengan mukjizat Al-Qur’an ,Nabi Muhammad telah berhasil merubah karakter bangsa Arab sehingga menjadi bangsa yang beradab dalam waktu yang relatif singkat.
     Demikianlah secara singkat latar belakang I’jaz Al-Qur’an sebagai pelengkap uraian bab ini.

B. Rumusan Masalah
     Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
  1. Apakah pengertian I’jaz Al-Qur’an ?
  2. Bagaimana dasar dan pembahasan mengenai I’jaz Al-Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan                                                                      
  1. Untuk memahami pengertian I’jaz Al-Qur’an.
  2. Untuk mengetahui dasar dan pembahasan mengenai I’jaz Al-Qur’an.

D. Manfaat Penulisan
     Manfaat disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengertian I’jaz Al-Qur’an dan dan pembahasannya.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian I jaz Al-Qur’an
     I’jaz menurut bahasa artinya melemahkan. Dan mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa, yang ajaib atau menakjubkan. Sedangkan menurut istilah mukjizat ialah suatu yang bernilai sangat tinggi yang bisa mengungguli seluruh masalh yang berkembang, disamping kedatangannya mukjizat memang sedang dinanti oleh kaum.[1]    Sedang yang dimaksud dengan I’jaz secara terminology ilmu Al-Qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberpa ahli sebagai berikut :
1.         Menurut Manna Khalil Al Qaththan
     I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuaan orang lain sebagai rasul utusan Allah SWT dengan menampakan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.
2.         Sedangkan menurut Ali al Shabuniy
           I’jaz ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya, maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah swt yang diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabianya. Sedangkan mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan tantangan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun.
3.                                                         Muhammad Bakar Ismail menegaskan:
       Mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan diikuti tantangan yang diberikan oleh Allah swt kepada nabi-nabiNya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya yang bersumber dari Allah swt.
     Dari ketiga definisi di atas dapat di fahami antara I’jaz dan mukjizat itu dapat dikatakan melemahkan. Hanya saja pengertian I’jaz di atas mengesankan batasan yang lebih spesifik,yaitu Al-Qur’an. Sedangkan pengertian mukjizat, menegaskan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa Al-Qur’an, tetapi juga perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau manusia secara keseluruhan. Dengan demikian dalam konteks ini antara pengertian I’jaz dan mukjizat itu saling melengkapi, sehingga nampak jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada Rasul-rasul pilihan-Nya sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawahnya.
     Sebagai contoh tentang mukjizat Nabi Ibrahim AS. Ketika itu kaum Ibrahim adalah orang-orang yang menyucikan berhala dan menjadikan berhala itu sebagai sesembahan. Sewaktu mereka akan membakar Nabi Ibrahim, terlebih dahulu mereka menghadap dan menyembah berhala itu dengan khidmat. Mereka mohon restu untuk melemparkan Ibrahim ketengah-tengah kobaran api.
     Menurut logika, seharusnya berhala-berhala yang dianggap sebagai Tuhan itu akan membalas kepada orang yang pernah menghancurkan jika benar berhala itu bisa berbuat sesuatu kepada manusia dan patut sebagai sesembahan
     Namun ketika itu mukjizat yang dibawa Nabi Ibrahim memperlihatkan keunggulannya. Maka apipun tak mampu membakar kulit Ibrahim. Dengan mukjizat, api menjadi berubah sifatnya,yakni api yang biasanya membakar berubah menjadi dingin seketika.
     Maka hati mereka terguncang dan kepercayaan mereka memudar, karena berhala yang semula disucikan dan menjadi sesembahan, nilainya merosot dan terhina. Melalui para Rasul, tampak sangat jelas bahwa Allah adalah Maha Kuasa. Dengan mukjizatnya, para Rasul telah menunjukkan kemampuannya menembus ketentuan hukum alam.
     Dalam hal ini, mukjizat yang ada pada Nabi Muhammad SAW berupa Al-Qur’an jelas berbeda dengan mukjizat para Rasul sebelumnya.I’jazul Qur’an (kemukjizatan Al-Qur’an) melebihi sagalanya dibanding dengan apa yang sedang mereka banggakan.Dan keutamaan mukjizat Al-Qur’an ini bukan hanya ditunjukkan kepada bangsa Arab, namun AL-Qur’an dengan keutamaan mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam.
     Ditinjau dari segi bahasa dan sastra, maka mukjizat Al-Qur’an sudah terbukti jauh lebih unggul dibanding dengan yang sudah dicapai bangsa Arab. Sejak turunnya Al-Qur’an sudah disertai dengan mukjizat yang bersifat universal, berlaku bagi seluruh alam dan seluruh masa. Disamping itu Allah juga menjamin terhadap kesuciannya.

B. Dasar dan Pembahasan I’jaz Al-Qur’an
     Menurut Dr.Subhi Shaleh, bahwa orang yang pertama menulis I’jazul Qur’an adalah Imam Al-Jahid dengan bukunya “Nudlumul Qur’an”, kemudian Muhammad bin Zaid Al-Wasithi dengan bukunya “I’Jazul Qur’an”, kemudian Imam Ar-Rumani dengan bukunya “I’jaz” kemudian Al-Qadi Abu Bakar Al-Baqilani dengan bukunya “I’jazul Qur’an” dan Abd.Qair Al-Jurjani dengan bukunya “Balailul I’jazul dan Balagah”.
     Dan menurut pendapat lain menyatakan bahwa yang pertama kali menulis I’jazul Qur’an ialah Abu Ubaidah dengan kitab “Majazul Qur’an” , kemudian Al-Farra dengan kitabnya : ‘Ma’anil Qur’an” dan Ibnu Qutaibah dengan kitabnya ‘Ta’wilu Musykilul Qur’an”.
     Adapun pujangga-pujangga modern yang menulis tentang ilmu I’jazul Qur’an deiantaranya ialah : Dr.Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi dengan bukunya “Mukjizat Al-Qur’an” ,Ar-Rafi’i dengan bukunya “Tarikhul AdabilArabi” ,Prof.Dr.Sayyid Qutub dengan bukunya “Tasriful Fanni fil Qur’an”.
     Disamping untuk menumbuhkah keyakinan pada manusia bahwa Al-Qur’an betul-betul wahyu dari Allah, I’jazul Qur’an juga merupakan bukti kebenaran Muhammad sebagai Rasul Allah. Karenanya  sasaran mukjizat Al-Qur’an adalah non Muslim. Sedangkan bagi orang muslim kekaguman mereka terhadap Al-Qur’an menunjukkan adanya keistimewaan dalam Al-Qur’an.
     Tujuan I’jaz Al-Qur’an
1.    Untuk membuktikan kerasulan nabi Muhammad SAW.
2.    Untuk membuktikan bahwa kitab suci Al-Qur’an benar-benar merupakan wahyu dari    Allah.
3.    Untuk menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balagah bahasa manusia.
4.    Untuk menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa manusia.
     Sebagaiman telah dijelaskan, mukjizat-mukjizat yang dibawa oleh para Rasul sangat berbeda dengan yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.,yaitu Al-Qur’an. Mukjizat-mukjizat yang dimiliki oleh para Rasul selain Muhammad SAW., seperti terbelahnya laut ketika Nabi Musa memukulkan tongkat, api yang dingin ketika Nabi Ibrahim dibakar didalamnya dan mukjizat Nabi Isa dengan pengobatannya sampai dapat menghidupkan orang yang telah mati.Mukjizat-mukjizat yang dimiliki para Rasul tersebut hanya berlaku pada masa dan keadaan tertentu dan kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.
     Namun mukjizat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.,berupa Al-Qur’an berbeda dengan mukjizat para Rasul sebelumnya.Sebab Al-Qur’an adalah kalam-Nya sehingga keutamaan ,kekekalan atau keabadiannya selalu dimiliki oleh Al-Qur’an dan jaminan terhadap Al-Qur’an langsung mendapat penjagaan dari Allah SWT.
     Allah berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ 
    Artinya :
            “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an ,dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
(Q.S.Al-Hijr:9)
     Al-Qur’an merupakan mukjizat yang rasional, sesuai dengan akal sehat dan abadi.Al-Qur’an telah membuktikan bahwa mukjizatnya bisa mengungguli segala bentuk kekuatan yang memiliki segala inisiatif kuat atau keistimewaan yang menggunakan pikiran dan akal. Dengan mukjizat Al-Qur’an Nabi Muhammad telah berhasil mengubah karakter bangsa Arab sehingga menjadi bangsa yang berada dalam waktu yang relatif singkat.
     Contoh diantara aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an lainnya jelas terlihat apabila Al-Qur’an dikaitkan dengan pribadi Nabi Muhammad dan kondisi masyarakat waktu itu yang antara lain ilmu pengetahuan belum berkembang:


a.     Isyarat Ilmiah
·       Al-Qur’an menyebutkan pada Q.S.Al-Baqarah ayat 223, ayat ini mengisyaratkan bahwa wanita sebagai ladang tidak menemukan buah.Buah ditentukan oleh petani. Karena itu yang menentukan jenis kelamin anak adalah pihak laki-laki. Perempuan hanya memiliki kromosom “Y” ,sedangkan laki-laki memiliki kromosom “X” dan “Y”. Isyarat ilmiah semacam ini tidak mungkin ditangkap manusia yang hidup pada tingkat perkembangan ilmu seperti pada masa Nabi.
·  Al-Qur’an menyebutkan :
إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ 
(Q.S.Yunus:6)
     Disini ada dua istilah yang sama-sama menunjukkan arti cahaya yaitu diya dan nur.Berdasarkan penelitian,cahaya ada yang bersumber dari dirinya sendiri,adapula yang bersumber dari luar dirinya.Untuk yang pertama ,Al-Qur’an menggunakan istilah diya ,sedangkan untuk yang kedua menggunakan istilah nur.
     Dengan demikian,perkembangan ilmu pengetahuan semakin membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an.
b.    Kabar Gaib
·       Menyangkut masa lalu. Misalnya firman Allah dalam surat Yunus ayat 92:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
(Q.S Yunus:92)
Artinya: “Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”
     Dalam ayat ini Allah menginformasikan bahwa tubuh kasar Fir’aun diselamatkan Tuhan, dalam arti tidak hancur. Kenyataan menunjukkan bahwa tubuh Fir’aun sampai sekarang itu masih ada di Mesir. Menurut syarah, setelah tenggelamnya mayat Fir’aun ditemukan di pantai, lalu dibalsem oleh orang-orang Mesir.
·       Menyangkut peristiwa yang akan datang, misalnya pada ayat 1 sampai 4 surat Ar-Rum.
                            بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
الم ﴿١﴾غُلِبَتِ الرّومُ ﴿٢﴾ فى أَدنَى الأَرضِ وَهُم مِن بَعدِ غَلَبِهِم سَيَغلِبونَ ﴿٣﴾
فى بِضعِ سِنينَ ۗ لِلَّهِ الأَمرُ مِن قَبلُ وَمِن بَعدُ ۚ وَيَومَئِذٍ يَفرَحُ المُؤمِنونَ ﴿٤﴾                             
Artinya : “Alif Lam Mim.Telah dikalahkan bangsa Romawi”, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang ,dalam beberapa tahun (lagi)”
(Q.S.Ar-Rum:1-4)
     Dalam ayat ini Allah menyatakan, setelah kerajaan Romawi Timur yang berpusat di konstantinopel kalah, ia akan menang kembali dalam peperangan melawan musuhnya. Apa yang dinyatakan Al-Qur’an tersebut telah terbukti kebenarannya setelag 9tahun kemudian.
     Menurut Dr.Muhammad Mutawally bahwa didalam Al-Qur’an terkandung dua pilar yang sangat penting :
1)      Pelaksanaan AL-Qur’an dengan cara mengamalkan ajaran-ajaran yang ada didalamnya.
2)      Pemeliharaan terhadap kitab suci Al-Qur’an itu sendiri.
Jika kita bersedia mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an secara sempurna ,tentu segala permasalahan akan tertanggulani dengan baik dan wajar, sesuai dengan kehendak Allah. Tetapi kenyataannya manusia terlalu sering melakukan tindakan alpha sehingga mengesampigkan arti Al-Qur’an sebagai pedoman ,penuntun dan penerang kehidupan kita sampai dihari kemudian.
Pada masa sekarang ini, banyak kita jumpai mushaf-mushaf Al-Qur’an yang terdapat dihampir setiap rumah, kantor, hotel, bahkan didalam sedan-sedan mengkilat. Lebih jauh, golongan non-muslim pun banyak yang memiliki mushaf Al-Qur’an. Tampak besar inayah dan pemeliharaan Allah terhadap Al-Qur’an. Sesungguhnya Allah-lah yang menjaga kesucian Al-Qur’an.[2]
Belum pernah ada dalam sejarah manusia,seorang penulis penuh kemampuan yang dimilikinya berani mengajukan tantangan seperti Al-Qur’an. Dan penulis manapun tidak mungkin dapat menghasilkan suatu karya yang tidak dapat ditantang oleh penulis lain, atau bahkan mungkin karya lain itu akan lebih baik. Dalam bidang apapun setiap prosuk manusia, mungkin saja ditandingi oleh manusia lain. Maka jika ada sesuatu yang tidak dapat ditandingi oleh manusia tentu bukan produk manusia dan sekaligus membuktikan bahwa sesuatu tersebut berasal dari Tuhan yang tidak mungkin ditandingi oleh siapapun.
Dalam Al-Qur’an disebutkan adanya pernyataan tegas yang menyatakan tantangan kepada manusia yang meragukan akan kebenarannya untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, atau membuat 10 surat bahkan 1 surat saja.
Untuk menjawab penolakan orang Quraisy terhadap Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, Al-Qur’an menentang mereka dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Mendatangkan semisal Al-Qur’an.
Firman Allah SWT :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا 

     Artinya : “Katakanlah,sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini,niscaya mereka mereka tidak akan mendapat membuat yang serupa dengan dia,sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.
(Q.S.Al-Isra:88)
     Pernyataan tersebut dibuktikan oleh fakta sejarah,yaitu peristiwa yang terjadi pada Ibnul Muqaffa, sebagaimana diungkapkan oleh seorang orientalis, wallacestone, dalam bukunya Mohammad: His Life Doctrin.Peristiwa itu, demikian Wallacestone, terjadi ketika sekelompok orang Zindik dan tidak beragama tidak beragama tidak senang melihat pengaruh Al-Qur’an terhadap masyarakat. Mereka memutuskan untuk menjawab tantangan-tantangan Al-Qur’an. Untuk itu,mereka menawarkan kepada Abdullah Ibnul Muqaffa (wafat 727 M), seorang sastrawan besar dan penulis terkenal agar bersedia membuat karya tulis semacam tawaran tersebut. Ia berjanji akan menyelesaikan tugas itu dalam satu tahun. Sebagai imbalannya, mereka harus menanggung semua biaya Abdullah selama setahun itu.
     Setelah berjalan setengah tahun, kaum atheis dan Zindik itu mendatangi Ibnul Muqaffa, mereka ingin mengetahui sampai sejauh mana hasil yang dicapai sastrawan tersebut dalam menghadapi tantangan Al-Qur’an. Pada waktu memasuki kamar sastrawan asal Persia ini, mereka menemukan Ibnul Muqaffa sedang duduk memegang pena, tenggelam dalam pikirannya.
     Penulis terkenal ini mencurahkan segenap kemampuannya untuk menjawab tantangan Al-Qur’an, tapi ia tidak berhasil dan menemui jalan buntu. Akhirnya ia mengakui kegagalannya.Rasa malu dan kesan menguasai dirinya, sebab lebih dari setengah tahun ia berusaha keras menulis semisal Al-Qur’an, namun tidak satu ayatpun yang dihasilkannya. Ibnu Muqaffa akhirnya memutuskan perjanjian dan menyerah kalah.
  1. Mendatangkan 10 surat yang menyamai surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an.
Firman Allah SWT :
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya :
     “Bahkan mereka mengatakan “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu”.Katakanlah ,(“Kalau demikian),maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat untuk menyamainya dan panggillah orang-orang yang kamu anggap sanggup (memanggilnya) salain Allah,jika kamu memang orang-orang yang benar”.
(Q.S.Hud:13)
     Meskipun hanya sepuluh surat, namun tak ada seorangpun yang dapat melakukannya. Peristiwa Abdullah bin Al-Muqaffa diatas merupakan salah satu contoh ketidak mampuan manusia tersebut.
  1. Mendatangkan satu surat. Firman Allah SWT.
Artinya :
 أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya :
“Atau(patutkah) mereka mengatakan, ”Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah, ”(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil(untuk membuat-buatnya)selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.
(Q.S.Yunus:38)
     Memang banyak diantara pemimpin-pemimpin dan ahli sastra yang mencoba dan meniru Al-Qur’an bahkan kadang-kadang ada yang mendakwahkan dirinya jadi Nabi seperti Musailamah Al-Kazzab, Thulaihah, Habalah bin Ka’ab dan lain-lain. Tetapi mereka itu semuanya menemui kegagalan, bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat. Sebagai contoh kami nukilkan dibawah ini kata-kata Musailamah Al-Kazzab yan dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al-Qur’an:
أيها الضفدع بنات ضفدعين أعلاك في الماء وأسفلك في التراب

Artinya :
“Hai katak (kodok) anak dari dua katak. Bersihkanlah apa-apa yang akan engkau bersihkan,bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau ditanah”.
     Seorang sastrawan Arab yang termasyur, yaitu Al-Jhidz telah memberikan penilaiannya atas gubahan Musailamah ini dalam bukunya yang bernama “Al-Hayawan” sebagai berikut: “Saya tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan sebagainya itu. Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al-Qur’an itu yang turun kepadanya sebagai wahyu”.
     Syekh Muhammad Abduh dalam kitabnya “Rasalatut-Tauhid menerangkan bagaimana ketinggian dan kemajuan bahasa dimasa turunnya Al-Qur’an : “Al-Qur’an diturunkan pada masa yang telah sepakat ahli-ahli riwayat mengatakan, bahwa masa itu adalah masa yang amat gemilang ditinjau dari segi kemajuan bahasa dan pada masa itu banyak sekali terdapat ahli sastra dan ahli-ahli pidato.
     Berikut ini beberapa ulama berpendapat tentang segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an:
a)      Menurut Al-Jahidz, Al-Jurani, dan Abd. Qahir Al-Jurani, bahwa kemukjizatan Al-Qur’an hanya pada susunan lafal-lafalnya saja.
b)      Menurut Muh.Ismail Ibrahim, Az-Zamakhsyari dan Fahnur Raz bahwa kemukjizatan Al-Qur’an hanya pada keilmiahannya saja.
c)      Menurut Imam Qurtubi, bahwa kemukjizatan Al-Qur’an karena uslubnya lain dari yang lain ,susunannya indah, adanya berita kejadian-kejadian yang akan terjadi dan lain sebagainya.
d)     Menurut Ar-Zaqrani, bahwa kemukjizatan Al-Qur’an ada pada keindahan bahsa dan uslub-uslubnya, berisi beberapa ilmu pengetahuan, memenuhi semua hajat manusia, dan adanya berita.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
      Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa I’jaz menurut bahasa artinya melemahkan. Dan mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa, yang ajaib atau menakjubkan.
     Contoh diantara aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an lainnya jelas terlihat apabila Al-Qur’an dikaitkan dengan pribadi Nabi Muhammad dan kondisi masyarakat waktu itu yang antara lain ilmu pengetahuan belum berkembang.
     Dalam Al-Qur’an disebutkan adanya pernyataan tegas yang menyatakan tantangan kepada manusia yang meragukan akan kebenarannya untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ,atau membuat 10 surat bahkan 1 surat saja. Namun tak ada seorangpun yang dapat melakukannya. Peristiwa Abdullah bin Al-Muqaffa diatas merupakan salah satu contoh ketidak mampuan manusia tersebut.















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadali, et. al. Ulumul Qur’an II.  Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Manna Khalil Al-Qattan.  Study Ilmu-ilmu Qur’an ,terj.Mubahitsfi,Ulumul Qur’a., Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004.
Marzuki,Kamaluddin. Ulumul Qur’an. Bandung: Rosdakarya, 1994.
Mutawally,Muhammad. Mukjizat Al-Qur’an,terj.MustofaMahdamy, Risala. Bandung: Pustaka Setia, 1984.
Usman. Ulumul Qur’an. Jogjakarta: Teras, 2009.
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-hijr-ayat-1-15.html, diakses 11 September 2015 pukul 19:07).
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-yunus-ayat-1-10.html, diakses 11 September 2015 pukul 20:00).
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-hud-ayat-6-16.html#more, diakses 11 September 2015 pukul 20:10).




[1] Dr.Muhammad Mutawally,Mukjizat Al-Qur’an ,terj.Mustofa Mahdamy,(Bandung:Risalah,1984),9
[2] Dr.Muhammad Mutawally,Op.Cit.,20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Kewirausahaan: Transformasi, Inovasi dan Kreativitas Kewirausahaan

RESUME TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN, TEORI INOVASI DAN KREATIVITAS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: KEWIRAUSAHAAN Dosen Peng...