MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
ULUMUL QUR’AN
Dosen
Pengampu :
Zuhri Humaidi,M.S.I,
Disusun
oleh :
Retno
Sulistiyani 931335515
St.Wulan Rametha 931335415
Eka Susanti 931335715
Miftakhul Jannah 931335615
JURUSAN
SYARI’AH
PROGRAM
STUDI EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
KEDIRI
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
Salah satu objek penting lainnya dalam kajian ulumul Al-Qura’an adalah
perbincangan mengenai I’jaz yang berarti mukjizat, terutama mukjizat Al
Qura’an. Karena dengan perantara mukjizat Allah mengingatkan manusia, bahwa para rasul itu merupakan
utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit.Mukjizat yang telah di
berikan kepada para Nabi mempunyai fungsi sama yaitu untuk memainkan peranannya
dan mengatasi kepandaian kaum disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu
berada di atas segala-galanya.
Adapun tujuan mukjizat itu, untuk pengarahan yang ditujukan pada suatu
umat yang berkaitan dengan pengetahuan mereka, karena Allah tidak mengarahkan
suatu umat pada hal-hal yang mereka tidak ketahui, dan di situlah letak nilai
mukjizat yang telah di berikan kepada Nabi.
Sebagaimana yang akan dijelaskan pada
pembahasan makalah ini bahwa mukjizat-mukjizat para Rasul sangat berbeda dengan
nabi Muhammad SAW.,yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang rasional
sesuai dengan akal sehat dan abadi. Al-Qur’an telah membuktikan bahwa
mukjizatnya bisa mengungguli segala bentuk kekuatan dari segala bentuk yang
dimiliki inisiatif kuat atau keistimewaan menggunakan pikiran dan akal.Dengan
mukjizat Al-Qur’an ,Nabi Muhammad telah berhasil merubah karakter bangsa Arab
sehingga menjadi bangsa yang beradab dalam waktu yang relatif singkat.
Demikianlah
secara singkat latar belakang I’jaz Al-Qur’an sebagai pelengkap uraian bab ini.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
- Apakah pengertian
I’jaz Al-Qur’an ?
- Bagaimana dasar
dan pembahasan mengenai I’jaz Al-Qur’an ?
C.
Tujuan Penulisan
- Untuk memahami
pengertian I’jaz Al-Qur’an.
- Untuk mengetahui dasar
dan pembahasan mengenai I’jaz Al-Qur’an.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang pengertian I’jaz Al-Qur’an dan
dan pembahasannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I
jaz Al-Qur’an
I’jaz
menurut bahasa artinya melemahkan. Dan mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa,
yang ajaib atau menakjubkan. Sedangkan menurut istilah mukjizat ialah suatu yang bernilai sangat tinggi yang bisa
mengungguli seluruh masalh yang berkembang, disamping kedatangannya mukjizat
memang sedang dinanti oleh kaum.[1] Sedang yang dimaksud dengan I’jaz secara
terminology ilmu Al-Qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberpa
ahli sebagai berikut :
1.
Menurut
Manna Khalil Al Qaththan
I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuaan orang lain
sebagai rasul utusan Allah SWT dengan menampakan kelemahan orang-orang Arab untuk
menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan
generasi sesudah mereka.
2.
Sedangkan
menurut Ali al Shabuniy
I’jaz ialah menetapkan kelemahan
manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa
dengannya, maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah swt yang
diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabianya.
Sedangkan mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan
tantangan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun.
3.
Muhammad
Bakar Ismail menegaskan:
Mukjizat adalah perkara luar biasa yang
disertai dan diikuti tantangan yang diberikan oleh Allah swt kepada nabi-nabiNya
sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang
diembannya yang bersumber dari Allah swt.
Dari ketiga definisi di atas dapat di fahami antara I’jaz dan mukjizat
itu dapat dikatakan melemahkan. Hanya saja pengertian I’jaz di atas mengesankan
batasan yang lebih spesifik,yaitu Al-Qur’an. Sedangkan pengertian mukjizat, menegaskan
batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa Al-Qur’an, tetapi juga
perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau manusia secara keseluruhan. Dengan
demikian dalam konteks ini antara pengertian I’jaz dan mukjizat itu saling melengkapi,
sehingga nampak jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan
kepada Rasul-rasul pilihan-Nya sebagai salah satu bukti kebenaran misi
kerasulan yang dibawahnya.
Sebagai contoh tentang mukjizat Nabi
Ibrahim AS. Ketika itu kaum Ibrahim adalah orang-orang yang menyucikan berhala
dan menjadikan berhala itu sebagai sesembahan. Sewaktu mereka akan membakar
Nabi Ibrahim, terlebih dahulu mereka menghadap dan menyembah berhala itu dengan
khidmat. Mereka mohon restu untuk melemparkan Ibrahim ketengah-tengah kobaran
api.
Menurut logika, seharusnya berhala-berhala
yang dianggap sebagai Tuhan itu akan membalas kepada orang yang pernah
menghancurkan jika benar berhala itu bisa berbuat sesuatu kepada manusia dan
patut sebagai sesembahan
Namun ketika itu mukjizat yang dibawa Nabi
Ibrahim memperlihatkan keunggulannya. Maka apipun tak mampu membakar kulit
Ibrahim. Dengan mukjizat, api menjadi berubah sifatnya,yakni api yang biasanya
membakar berubah menjadi dingin seketika.
Maka
hati mereka terguncang dan kepercayaan mereka memudar, karena berhala yang
semula disucikan dan menjadi sesembahan, nilainya merosot dan terhina. Melalui
para Rasul, tampak sangat jelas bahwa Allah adalah Maha Kuasa. Dengan
mukjizatnya, para Rasul telah menunjukkan kemampuannya menembus ketentuan hukum
alam.
Dalam hal ini, mukjizat yang ada pada Nabi
Muhammad SAW berupa Al-Qur’an jelas berbeda dengan mukjizat para Rasul
sebelumnya.I’jazul Qur’an (kemukjizatan Al-Qur’an) melebihi sagalanya dibanding
dengan apa yang sedang mereka banggakan.Dan keutamaan mukjizat Al-Qur’an ini
bukan hanya ditunjukkan kepada bangsa Arab, namun AL-Qur’an dengan keutamaan
mukjizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam.
Ditinjau dari segi bahasa dan sastra, maka
mukjizat Al-Qur’an sudah terbukti jauh lebih unggul dibanding dengan yang sudah
dicapai bangsa Arab. Sejak turunnya Al-Qur’an sudah disertai dengan mukjizat
yang bersifat universal, berlaku bagi seluruh alam dan seluruh masa. Disamping
itu Allah juga menjamin terhadap kesuciannya.
B.
Dasar dan Pembahasan I’jaz Al-Qur’an
Menurut Dr.Subhi
Shaleh, bahwa orang yang pertama menulis I’jazul
Qur’an adalah Imam Al-Jahid dengan bukunya “Nudlumul Qur’an”, kemudian Muhammad bin Zaid Al-Wasithi dengan
bukunya “I’Jazul Qur’an”, kemudian
Imam Ar-Rumani dengan bukunya “I’jaz”
kemudian Al-Qadi Abu Bakar Al-Baqilani dengan bukunya “I’jazul Qur’an” dan Abd.Qair Al-Jurjani dengan bukunya “Balailul I’jazul dan Balagah”.
Dan menurut pendapat lain menyatakan bahwa
yang pertama kali menulis I’jazul Qur’an
ialah Abu Ubaidah dengan kitab “Majazul
Qur’an” , kemudian Al-Farra dengan kitabnya : ‘Ma’anil Qur’an” dan Ibnu Qutaibah dengan kitabnya ‘Ta’wilu Musykilul Qur’an”.
Adapun pujangga-pujangga modern yang
menulis tentang ilmu I’jazul Qur’an deiantaranya ialah : Dr.Muhammad Mutawalli
Asy-Sya’rawi dengan bukunya “Mukjizat
Al-Qur’an” ,Ar-Rafi’i dengan bukunya “Tarikhul
Adabil ‘Arabi” ,Prof.Dr.Sayyid
Qutub dengan bukunya “Tasriful Fanni fil
Qur’an”.
Disamping untuk menumbuhkah keyakinan pada
manusia bahwa Al-Qur’an betul-betul wahyu dari Allah, I’jazul Qur’an juga
merupakan bukti kebenaran Muhammad sebagai Rasul Allah. Karenanya sasaran mukjizat Al-Qur’an adalah non Muslim.
Sedangkan bagi orang muslim kekaguman mereka terhadap Al-Qur’an menunjukkan
adanya keistimewaan dalam Al-Qur’an.
Tujuan I’jaz Al-Qur’an
1. Untuk membuktikan kerasulan nabi
Muhammad SAW.
2. Untuk membuktikan bahwa kitab suci
Al-Qur’an benar-benar merupakan wahyu dari
Allah.
3. Untuk menunjukkan kelemahan mutu sastra
dan balagah bahasa manusia.
4. Untuk menunjukkan kelemahan daya upaya
dan rekayasa manusia.
Sebagaiman telah dijelaskan, mukjizat-mukjizat yang dibawa oleh para
Rasul sangat berbeda dengan yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.,yaitu Al-Qur’an.
Mukjizat-mukjizat yang dimiliki oleh para Rasul selain Muhammad SAW., seperti
terbelahnya laut ketika Nabi Musa memukulkan tongkat, api yang dingin ketika
Nabi Ibrahim dibakar didalamnya dan mukjizat Nabi Isa dengan pengobatannya
sampai dapat menghidupkan orang yang telah mati.Mukjizat-mukjizat yang dimiliki
para Rasul tersebut hanya berlaku pada masa dan keadaan tertentu dan
kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.
Namun mukjizat yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW.,berupa Al-Qur’an berbeda dengan mukjizat para Rasul
sebelumnya.Sebab Al-Qur’an adalah kalam-Nya sehingga keutamaan ,kekekalan atau
keabadiannya selalu dimiliki oleh Al-Qur’an dan jaminan terhadap Al-Qur’an
langsung mendapat penjagaan dari Allah SWT.
Allah berfirman:
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya :
“Sesungguhnya kamilah yang
menurunkan Al-Qur’an ,dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”
(Q.S.Al-Hijr:9)
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang rasional, sesuai
dengan akal sehat dan abadi.Al-Qur’an telah membuktikan bahwa mukjizatnya bisa
mengungguli segala bentuk kekuatan yang memiliki segala inisiatif kuat atau
keistimewaan yang menggunakan pikiran dan akal. Dengan mukjizat Al-Qur’an Nabi
Muhammad telah berhasil mengubah karakter bangsa Arab sehingga menjadi bangsa
yang berada dalam waktu yang relatif singkat.
Contoh diantara aspek-aspek kemukjizatan
Al-Qur’an lainnya jelas terlihat apabila Al-Qur’an dikaitkan dengan pribadi
Nabi Muhammad dan kondisi masyarakat waktu itu yang antara lain ilmu
pengetahuan belum berkembang:
a.
Isyarat
Ilmiah
·
Al-Qur’an menyebutkan pada Q.S.Al-Baqarah ayat 223,
ayat ini mengisyaratkan bahwa wanita sebagai ladang tidak menemukan buah.Buah
ditentukan oleh petani. Karena itu yang menentukan jenis kelamin anak adalah
pihak laki-laki. Perempuan hanya memiliki kromosom “Y” ,sedangkan laki-laki
memiliki kromosom “X” dan “Y”. Isyarat ilmiah semacam ini tidak mungkin
ditangkap manusia yang hidup pada tingkat perkembangan ilmu seperti pada masa
Nabi.
· Al-Qur’an
menyebutkan :
إِنَّ
فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
(Q.S.Yunus:6)
Disini ada dua istilah yang
sama-sama menunjukkan arti cahaya yaitu diya dan nur.Berdasarkan penelitian,cahaya ada yang bersumber
dari dirinya sendiri,adapula yang bersumber dari luar dirinya.Untuk yang
pertama ,Al-Qur’an menggunakan istilah diya ,sedangkan untuk yang kedua menggunakan istilah nur.
Dengan demikian,perkembangan
ilmu pengetahuan semakin membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an.
b.
Kabar Gaib
·
Menyangkut masa lalu. Misalnya firman Allah dalam surat
Yunus ayat 92:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ
لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا
لَغَافِلُونَ
(Q.S Yunus:92)
Artinya: “Maka pada hari ini
kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami”
Dalam ayat ini Allah
menginformasikan bahwa tubuh kasar Fir’aun diselamatkan Tuhan, dalam arti tidak
hancur. Kenyataan menunjukkan bahwa tubuh Fir’aun sampai sekarang itu masih ada
di Mesir. Menurut syarah, setelah tenggelamnya mayat Fir’aun ditemukan di
pantai, lalu dibalsem oleh orang-orang Mesir.
·
Menyangkut peristiwa yang akan datang, misalnya
pada ayat 1 sampai 4 surat Ar-Rum.
بِسمِ اللَّهِ
الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
الم ﴿١﴾غُلِبَتِ الرّومُ ﴿٢﴾ فى أَدنَى
الأَرضِ وَهُم مِن بَعدِ غَلَبِهِم سَيَغلِبونَ ﴿٣﴾
فى بِضعِ سِنينَ ۗ
لِلَّهِ الأَمرُ مِن قَبلُ وَمِن بَعدُ ۚ وَيَومَئِذٍ يَفرَحُ المُؤمِنونَ ﴿٤﴾
Artinya : “Alif Lam Mim.Telah
dikalahkan bangsa Romawi”, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah
dikalahkan itu akan menang ,dalam beberapa tahun (lagi)”
(Q.S.Ar-Rum:1-4)
Dalam ayat ini Allah menyatakan, setelah
kerajaan Romawi Timur yang berpusat di konstantinopel kalah, ia akan menang
kembali dalam peperangan melawan musuhnya. Apa yang dinyatakan Al-Qur’an
tersebut telah terbukti kebenarannya setelag 9tahun kemudian.
Menurut Dr.Muhammad Mutawally bahwa didalam
Al-Qur’an terkandung dua pilar yang sangat penting :
1)
Pelaksanaan AL-Qur’an dengan cara mengamalkan
ajaran-ajaran yang ada didalamnya.
2)
Pemeliharaan terhadap kitab suci Al-Qur’an itu
sendiri.
Jika kita bersedia mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an secara sempurna
,tentu segala permasalahan akan tertanggulani dengan baik dan wajar, sesuai
dengan kehendak Allah. Tetapi kenyataannya manusia terlalu sering melakukan
tindakan alpha sehingga mengesampigkan arti Al-Qur’an sebagai pedoman ,penuntun
dan penerang kehidupan kita sampai dihari kemudian.
Pada masa sekarang ini, banyak kita jumpai mushaf-mushaf Al-Qur’an yang
terdapat dihampir setiap rumah, kantor, hotel, bahkan didalam sedan-sedan
mengkilat. Lebih jauh, golongan non-muslim pun banyak yang memiliki mushaf
Al-Qur’an. Tampak besar inayah
dan pemeliharaan Allah
terhadap Al-Qur’an. Sesungguhnya Allah-lah yang menjaga kesucian Al-Qur’an.[2]
Belum pernah ada dalam sejarah manusia,seorang penulis penuh kemampuan
yang dimilikinya berani mengajukan tantangan seperti Al-Qur’an. Dan penulis
manapun tidak mungkin dapat menghasilkan suatu karya yang tidak dapat ditantang
oleh penulis lain, atau bahkan mungkin karya lain itu akan lebih baik. Dalam
bidang apapun setiap prosuk manusia, mungkin saja ditandingi oleh manusia lain.
Maka jika ada sesuatu yang tidak dapat ditandingi oleh manusia tentu bukan
produk manusia dan sekaligus membuktikan bahwa sesuatu tersebut berasal dari Tuhan
yang tidak mungkin ditandingi oleh siapapun.
Dalam Al-Qur’an disebutkan adanya pernyataan tegas yang menyatakan
tantangan kepada manusia yang meragukan akan kebenarannya untuk membuat yang
serupa dengan Al-Qur’an, atau membuat 10 surat bahkan 1 surat saja.
Untuk menjawab penolakan orang Quraisy terhadap Al-Qur’an sebagai wahyu
Allah, Al-Qur’an menentang mereka dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Mendatangkan semisal Al-Qur’an.
Firman Allah
SWT :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ
وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ
بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Artinya : “Katakanlah,sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini,niscaya mereka mereka tidak
akan mendapat membuat yang serupa dengan dia,sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain”.
(Q.S.Al-Isra:88)
Pernyataan tersebut dibuktikan oleh fakta
sejarah,yaitu peristiwa yang terjadi pada Ibnul Muqaffa, sebagaimana diungkapkan oleh seorang orientalis, wallacestone, dalam bukunya Mohammad: His Life Doctrin.Peristiwa itu, demikian Wallacestone, terjadi ketika sekelompok orang Zindik dan tidak
beragama tidak beragama tidak senang melihat pengaruh Al-Qur’an terhadap
masyarakat. Mereka memutuskan untuk menjawab tantangan-tantangan Al-Qur’an. Untuk
itu,mereka menawarkan kepada Abdullah
Ibnul Muqaffa (wafat 727
M), seorang sastrawan besar dan penulis terkenal agar bersedia membuat karya
tulis semacam tawaran tersebut. Ia berjanji akan menyelesaikan tugas itu dalam
satu tahun. Sebagai imbalannya, mereka harus menanggung semua biaya Abdullah
selama setahun itu.
Setelah berjalan setengah tahun, kaum
atheis dan Zindik itu mendatangi Ibnul Muqaffa, mereka ingin mengetahui sampai
sejauh mana hasil yang dicapai sastrawan tersebut dalam menghadapi tantangan
Al-Qur’an. Pada waktu memasuki kamar sastrawan asal Persia ini, mereka
menemukan Ibnul
Muqaffa sedang duduk
memegang pena, tenggelam dalam pikirannya.
Penulis terkenal ini mencurahkan segenap
kemampuannya untuk menjawab tantangan Al-Qur’an, tapi ia tidak berhasil dan
menemui jalan buntu. Akhirnya ia mengakui kegagalannya.Rasa malu dan kesan
menguasai dirinya, sebab lebih dari setengah tahun ia berusaha keras menulis
semisal Al-Qur’an, namun tidak satu ayatpun yang dihasilkannya. Ibnu Muqaffa
akhirnya memutuskan perjanjian dan menyerah kalah.
- Mendatangkan 10 surat yang menyamai
surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an.
Firman Allah SWT :
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا
بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ
اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya :
“Bahkan mereka mengatakan “Muhammad telah
membuat-buat Al-Qur’an itu”.Katakanlah ,(“Kalau demikian),maka datangkanlah
sepuluh surat yang dibuat-buat untuk menyamainya dan panggillah orang-orang
yang kamu anggap sanggup (memanggilnya) salain Allah,jika kamu memang
orang-orang yang benar”.
(Q.S.Hud:13)
Meskipun
hanya sepuluh surat, namun tak ada seorangpun yang dapat melakukannya. Peristiwa
Abdullah bin
Al-Muqaffa diatas
merupakan salah satu contoh ketidak mampuan manusia tersebut.
- Mendatangkan
satu surat. Firman Allah SWT.
Artinya :
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ
فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya :
“Atau(patutkah)
mereka mengatakan, ”Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah, ”(Kalau benar yang
kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpanya dan panggillah
siapa-siapa yang dapat kamu panggil(untuk membuat-buatnya)selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar”.
(Q.S.Yunus:38)
Memang banyak diantara pemimpin-pemimpin
dan ahli sastra yang mencoba dan meniru Al-Qur’an bahkan kadang-kadang ada yang
mendakwahkan dirinya jadi Nabi seperti Musailamah Al-Kazzab, Thulaihah, Habalah bin Ka’ab dan lain-lain. Tetapi mereka
itu semuanya menemui kegagalan, bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari
masyarakat. Sebagai contoh kami nukilkan dibawah ini kata-kata Musailamah
Al-Kazzab yan dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al-Qur’an:
أيها الضفدع بنات ضفدعين أعلاك في الماء وأسفلك في التراب
Artinya :
“Hai katak (kodok) anak dari
dua katak. Bersihkanlah apa-apa yang akan engkau bersihkan,bagian atas engkau
di air dan bagian bawah engkau ditanah”.
Seorang sastrawan Arab yang
termasyur, yaitu Al-Jhidz telah memberikan penilaiannya atas gubahan Musailamah
ini dalam bukunya yang bernama “Al-Hayawan” sebagai berikut: “Saya tidak mengerti
apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan
sebagainya itu. Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat
Al-Qur’an itu yang turun kepadanya sebagai wahyu”.
Syekh Muhammad Abduh dalam
kitabnya “Rasalatut-Tauhid menerangkan bagaimana ketinggian dan kemajuan bahasa
dimasa turunnya Al-Qur’an : “Al-Qur’an diturunkan pada masa yang telah sepakat
ahli-ahli riwayat mengatakan, bahwa masa itu adalah masa yang amat gemilang
ditinjau dari segi kemajuan bahasa dan pada masa itu banyak sekali terdapat
ahli sastra dan ahli-ahli pidato.
Berikut ini beberapa ulama berpendapat
tentang segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an:
a)
Menurut Al-Jahidz,
Al-Jurani, dan Abd. Qahir Al-Jurani, bahwa kemukjizatan Al-Qur’an hanya pada
susunan lafal-lafalnya saja.
b)
Menurut Muh.Ismail Ibrahim,
Az-Zamakhsyari dan Fahnur Raz bahwa kemukjizatan Al-Qur’an hanya pada
keilmiahannya saja.
c)
Menurut Imam Qurtubi, bahwa
kemukjizatan Al-Qur’an karena uslubnya lain dari yang lain ,susunannya indah,
adanya berita kejadian-kejadian yang akan terjadi dan lain sebagainya.
d)
Menurut Ar-Zaqrani, bahwa
kemukjizatan Al-Qur’an ada pada keindahan bahsa dan uslub-uslubnya, berisi
beberapa ilmu pengetahuan, memenuhi semua hajat manusia, dan adanya berita.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita
dapat menyimpulkan bahwa
I’jaz menurut bahasa artinya melemahkan. Dan
mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa, yang ajaib atau menakjubkan.
Contoh diantara aspek-aspek kemukjizatan
Al-Qur’an lainnya jelas terlihat apabila Al-Qur’an dikaitkan dengan pribadi
Nabi Muhammad dan kondisi masyarakat waktu itu yang antara lain ilmu
pengetahuan belum berkembang.
Dalam
Al-Qur’an disebutkan adanya pernyataan tegas yang menyatakan tantangan kepada
manusia yang meragukan akan kebenarannya untuk membuat yang serupa dengan
Al-Qur’an ,atau membuat 10 surat bahkan 1 surat saja. Namun tak ada seorangpun
yang dapat melakukannya. Peristiwa Abdullah
bin Al-Muqaffa diatas
merupakan salah satu contoh ketidak mampuan manusia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syadali, et. al. Ulumul
Qur’an II. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Manna Khalil Al-Qattan.
Study Ilmu-ilmu Qur’an ,terj.Mubahitsfi,Ulumul
Qur’a., Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004.
Marzuki,Kamaluddin. Ulumul
Qur’an. Bandung: Rosdakarya, 1994.
Mutawally,Muhammad. Mukjizat
Al-Qur’an,terj.MustofaMahdamy, Risala. Bandung: Pustaka Setia, 1984.
Usman. Ulumul
Qur’an. Jogjakarta: Teras, 2009.
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-isra-ayat-83-98.html#more,
diakses 11 September 2015 pukul 19:00).
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-hijr-ayat-1-15.html, diakses 11 September 2015 pukul 19:07).
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-yunus-ayat-1-10.html, diakses 11 September 2015 pukul 20:00).
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-yunus-ayat-34-44.html#more, diakses 11 September 2015 pukul 20:05).
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-yunus-ayat-87-97.html#more, diakses 11 September 2015 pukul 20:07).
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-hud-ayat-6-16.html#more,
diakses 11 September 2015 pukul 20:10).
(http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-ruum-ayat-1-16.html#sthash.kKn89JQO.dpuf,
diakses 11 September
2015 pukul 20:20).
(https://iqbal1.wordpress.com/2011/06/14/insert-al-qur%E2%80%99an-sebagai-mukjizat/, diakses 11 September 2015 pukul 20:27).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar