Kamis, 16 Februari 2017

Benar yang Menjadi Kebenaran

Benar yang Menjadi Kebenaran

Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilahtheory of knowledge. Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.Jadi, epistemologi (filsafat ilmu) dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam pengembangannya menunjukkan bahwa secara langsung berhubungan secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia.
Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Maka, sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana cara dan sarana apakah yang kita butuhkan agar dapat memperoleh pengetahuan. Dalam perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin menggiatkan manusia untuk terus mencari kebenaran melalui penelitian-penelitian ilmiah yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Karena kita dapat menganggap diri kita mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan dengan landasan epistemologi.
Landasan dari epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan dengan benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun, membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu. Menurut Burhanudin Salam, metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
Penemuan atau Penentuan Masalah.
Disini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telaah dengan ruang lingkup dan batas-batasnya.
Perumusan Kerangka Masalah.
Langkah ini merupakan usaha untuk mendeskripsikan masalah dengan jelas dengan mengidentifikasikan faktor-faktor yang membentuk suatu masalah tersebut.
Pengajuan Hipotesis
Pengajuan hipotesis sebagai usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara mengenai hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut.
Hipotesis dari Deduksi
Merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk menguji hipotesis yang diajukan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan.
Pembuktian Hipotesis
Merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta dari  suatu permasalahan. Kalau fakta-fakta tersebut memang ada, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah terbukti. Jika dalam hipotesis itu ada fakta-fakta yang nyata dan tidak terbukti maka hipotesis itu ditolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis yang lain, sampai kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.
Penerimaan Hipotesis
Langkah ini menjadi teori ilmiah yang telah terbukti kebenarannya dan dianggap sebagai pengetahuan baru. Atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai suatu penjelasan teoritis mengenai suatu  gejala tertentu.

Metode ilmiah berperan dalam proses transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan  sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian selain menggunakan langkah-langkah diatas, metode ilmiah juga selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu berupa rasio dan fakta secara integratif.
Rasio atau akal merupakan instrumen utama untuk memperoleh pengetahuan. Rasio ini telah lama digunakan manusia untuk memecahkan atau menemukan jawaban atas suatu masalah mengenai pengetahuan. Bahkan ini merupakan cara tertua yang digunakan manusia dalam wilayah keilmuan. Pendekatan sistematis yang mengandalkan rasio disebut pendekatan rasional. Pada silogisme ini pengetahuan baru diperoleh melalui kesimpulan deduktif (baik menggunakan logika deduktif, berpikir deduktif atau metode deduktif). Pendekatan rasiaonal selalu mendayagunakan pemikiran dalam menafsirkan suatu objek berdasarkan argumentasi-argumentasi yang logis. Jika kita berpedoman bahwa argumentasi yang benar adalah penjelasan yang memiliki kerangka berpikir yang paling meyakinkan, maka pedoman ini pun tidak mampu memecahkan persoalan, sebab kriteria penilainya bersifata nisbi (relatif) dan selalu subjektif. Kesimpulan yang benar menurut alur pemikiran belum tentu benar menurut kenyataan. Misalnya seseorang sarjana ekonomi yang menguasai teori-teori ekonomi belum tentu dapat menjadi seorang ekonom yang hebat bahkan belum tentu mampu menghasilkan keuntungan yang besar, ketika dia mempraktekan teori-teorinya. Padahal teori-teori itu dibangun menurut alur pemikiran secara sistematis dan benar dari proses pembelajaran selam kuliahnya.
Seperti halnya pada landasan epistemologi filsafat dapat diperoleh melalui cara yang pertama yaitu filosof harus membicarakan (memper tanggung jawabkan) tentang bagaimana cara mereka memperoleh pengtahuan filsafat. Sifat itu sering kurang di pedulikan kebanyakan  orang  karena pada umumnya orang mementingkan apa yang di peroleh atau yang di ketahui, bukan bagaiman cara memperoleh atau mengetahuinya. Karena pada dasarnya berfilsafat ialah berpikir, dan berpikir itu tentu menggunakan akal. Dan yang menjadi persoalan, apa sebenarnya akal itu. John Locke (Sidi Gazalba  sistematika filsafat, II,1973: 111) mempersoalkan hal ini, ia melihat pada jamannya akal telah di gunakan secara terlalu bebas, bahkan sampai luar batas kemampuan akal. Hasilnya ialah kekacauan pemikiran pada massa itu.
Bagaimana manusia memperoleh pengetahuan filsafat? dengan berpikir secara mendalam, sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikiranya sesuatu yang konkret, tetapi yang hendak di ketahui adalah bagian di“belakang” objek konkret itu. Berpikir secara mendalam artinya ia hendak mengetahui sedalam-dalamnya bagian yang abstrak itu. Kapan pengtahuan itu di katakana mendalam? Pengetahuan dikatakan mendalam tatakala ia sudah berhenti sampai tanda tanya. Dia tidak dapat maju di situlah orang berhenti, dan ia telah mengetahui sesuatu itu secara mendalam. Jadi jelas mendalam bagi seseorang, belum tentu mendalam bagi orang lain.
Sain mengetahui sebatas fakta empiris (berdasarkan pengamatan) ini tidak mendalam tetapi itu pun mempunyai rentangan, sejauh mana hal abstrak di belakang fakta  empiris itu dapat di ketahui oleh seseorang, akan banyak terganntung pada kemampuan berpikir seseorang. Jika kita ingin mengetahui sesuatu yang tidak empiris, maka akal yang harus kita gunakan. Apapun kelemahan akal bahkan sekali pun amat di ragukan hakikat keberadaannya, akal yang menghasilkan apa yang di sebut filsafat. Ada satu hal yang penting di sini: janganlah hidup ini di gantungkan pada filsafat, janganlah hidup ini di tentukan seluruhnya oleh filsafat, filsafat itu adalah produk akal dan akal itu belum di ketahui secara jelas identitasnya.
Karena kelemahan rasionalisme atau metode deduktif inilah, Bacon yakin dan mampu membuat kesimpulan umum yang lebih benar, bila kita mau mengumpulkan fakta melalui pengamatan langsung, maka dia mengenalkan metode induktif sebagi lawan dari metode deduktif. Jadi keterlibatan dari metode induktif tentunya ditolak oleh Bacon, karena menurutnya segala macam kesimpulan harus berdasarkan fakta dan hasil pengamatan.
Sebagai contoh metode ilmiah dalam bidang ekonomi, misalnya seorang ekonom yang tinggal di suatu negara yang mengalami kenaikan harga barang-barang dengn cepat tergerak ia untuk mengadakan observasi terhadap fenomena tersebut. Untuk mendukung analisisnya, ekonom tersebut menggunakan teori inflasi. Teori ini bisa saja menyimpulkan bahwa inflasi yang tinggi terjadi karena pemerintah mencetak uang terlalu banyak. Untuk memastikan teori ini, sang ekonom mengumpulkan data kenaikan harga dan jumlah uang beredar dari beberapa negara berbeda. Jika jumlah uang yang dicetak tidak berpengaruh terhadap kenaikan harga, ekonom itu akan meragukan kesesuaian teori inflasi untuk menjelaskan fenomena yang ditelitinya. Di lain pihak, jika fakta tersebut mempunyai korelasi yang kuat terhadap kenaikan harga. Kemudian tahapan selanjutnya dalam metodologi ilmiah adalah mengidentifikasi permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan yang akan ditanyakan kepada pihak-pihak yang terkait dengan objek yang sedang dianalisis harus tepat sehingga permasalahan dapat teridentifikasi dengan jelas. Dalam menentukan hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang terjadi, ilmu ekonomi menggunakan asumsi ceteris paribus (seringkali digunakan untuk menyederhanakan beragam formulasi dan deskripsi dari berbagai asumsi ekonomi). Setelah hipotesis ditemukan, dilakukan uji hipotesis dengan berfokus pada variabel yang diteliti. Pada saat yang sama, faktor lain yang diasumsikan juga diperhatikan dalam uji tersebut seperti misalnya objek penyelidikan ilmu ekonomi tidak dapat dilokalisasi, dalam ilmu ekonomi manusia adalah subjek dan objek penyelidikan. (Oleh karena itu kesimpulan dan generalisasi yang dihasilkan tidak dapat bersifat mutlak, Ilmu ekonomi tidak mempunyai laboratorium untuk melakukan eksperimen ekonomi. Para ekonom memikirkan teori-teori, menghimpun data, dan kemudian menganalisis data tersebut untuk membuktikan atau menyangkal teori-teori itu. Ekonom membuat asumsi untuk menyederhanakan suatu masalah yang rumit agar menjadi mudah dengan menggunakan model kurva Batas Kemungkinan Produksi. Kita andaikan suatu model perekonomian yang hanya memproduksi dua jenis barang, yaitu komputer dan sepeda motor. Industri komputer dan sepeda motor bersama-sama menggunakan semua faktor produksi dalam perekonomian. Grafik batas kemungkinan produksi (production possibilities frontier) mengilustrasikan prinsip pilihan yang terbatas, kelangkaan dan biaya peluang. Grafik batas kemungkinan produksi adalah sebuah grafik yang menunjukkan semua kemungkinan kombinasi barang dan jasa yang bisa diproduksi dengan menggunakan sumber daya tertentu. Efisiensi tercapai jika dalam produksi kombinasi, merupakan salah satu komoditas yang akan mengurangi produksi komoditas yang lain sehingga menyebabkan kenaikan harga yang tinggi.
Jadi setelah dilakukannya penelitian sampai pada tahap terahir tersebut dapat disimpulkan menjadi suatu kebenaran bahwa yang menyebabkan kenaikan harga adalah disebabkan oleh sumber daya tertentu dan terbatas sehingga hanya dapat menghasilkan jumlah produksi yang terbatas pula yang membuat harga barang menjadi tinggi













REFERENSI
Qomar Mujammil, Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, Jakarta: Erlangga 2005.
Rahmat Aceng, et. al., Filsafat Ilmu Lanjutan, Jakarta: Kencana, 2011.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Kewirausahaan: Transformasi, Inovasi dan Kreativitas Kewirausahaan

RESUME TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN, TEORI INOVASI DAN KREATIVITAS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: KEWIRAUSAHAAN Dosen Peng...